Selasa, 05 Juli 2011

Gandoriah Beach, Tujuan Wisata Kota Pariaman

Gerbang Pantai Gandoriah
Pantai Gandoriah adalah pantai nan indah dan mempesona yang letaknya sangat  dekat dengan Kota Pariaman. Pantai ini selalu bayak didatanggi oleh pengunjung dan wisatawan. Bahkan turis atau wisatawan mancanegara pun datang ke Pantai Gandoriah untuk menikmati suasana dan pesona pantai ini. Pantai ini mempunyai pemandangan yang indah, dengan pantai yang landai diterpa ombak yang tenang, hembusan angin laut yang lembut, pasir pantai yang halus dan bersih serta deretan gugusan pulau-pulau kecil berjajar ditengah lautan yang biru yang menambah menariknya pemandangan Pantai Gandoriah di Kota Sala Lauak ini.

Pantai Gandoriah
Dari bibir Pantai Gandoriah kita bisa melihat beberapa pulau-pulau kecil yang terdiri dari:
  • Pulau Kasiak, yang terletak paling utara dari Pantai Gandoriah. Pulau ini mempunyai pasir pantainya yang bersih dan putih. Serta dihiasi pohon-pohon kelapa.
  • Pulau Angso Duo, merupakan pulau yang terdekat dan berhadapan langsung dengan Pantai Gandoriah. Dipulau ini terdapat sebuah kuburan panjang dan mushola untuk tempat beribadah.
  • Pulau Tangah, yang terletak kurang lebih  beberapa mil ke arah selatan dari Pulau Angso Duo. Di pulau ini kita dapat melihat terumbu karang dan biota laut dengan mata telanjang dengan kedalam 5 meter.
  • Pulau Ujung, yang terletak paling ujung selatan dari Pantai Gandoriah, sesuai dengan namanya pulau ujung. Di pulau ini banyak terdapat tumbuhan hutan seperti Pohon Aru dan Pohon Kelapa. Perairan di pulau ini berombak kecil.

Jalur Jalan Pantai Gandoriah
Selain itu, di pantai ini kita juga bisa menikmati dan melihat pohon-pohon cemara laut yang rindang disekitar pinggiran jalan Pantai Gandoriah. Disepanjang pinggiran Pantai Gandoriah kita juga banyak menemukan kedai Nasi Sek dan masakan khas Piaman seperti Sala Lauak, Sala Udang, Sala Cumi-cumi, Sala Kepiting, Sate Pariaman dan banyak lagi.
 Di Pantai Gandoriah juga terdapat sebuah panggung atau pentas, yang di gunakan untuk berbagai acara seperti Pentas Seni, Pergelaran Musik atau Band, Acara Keluarga dan acara lainnya. Setiap tanggal 10 Muharram di Pantai Gandoriah juga di adakan Upacara Pembuangan Tabuik tiap tahunnya, dan setiap tanggal 1 Syawal di adakan juga Pesta Pantai.

Kereta Api Wisata Kota Pariaman
Di belakang bibir Pantai Gandoriah terdapat sebuah tempat beribadah  yaitu Masjid Nurul Bahari dan Stasiun Kereta Api. Untuk menikmati keindahan Pantai Gandoriah, di Kota Pariaman setiap harinya tersedia layanan angkutan jasa Kereta Api Wisata Sibinuang dan Dang Tuanku dari Kota Padang ke Kota Pariaman atau sebaliknya. Biasanya banyak wisatawan dari Kota Padang yang ingin berwisata ke Pantai Gandoriah dengan menggunakan Kereta Api.

Senja di Pantai Gandoriah
Pantai Gandoriah juga tidak kalah indahnya saat mentari mulai tenggelam dan senja mulai datang, cahaya matahari yang mulai hilang membuat Pantai Gandoriah semakin indah dan menarik untuk dipandang. Pada sore hari sudah banyak pengunjung yang datang berkunjung untuk menikmati pemandangan Pantai Gandoriah ini. Selain menikmati pemandangan, banyak juga pengunjung yang berenang, bermain ombak  dan surfing di sekitar pantai ini.

Masih Penasaran Dengan Pantai Gandoriah ???? . . . .

Dan Ingin Menikmati Pemandangan dan Suasananya ???? . . . 

 Ayo . . . .  Tunggu Apa Lagi ???? . . . .

Let’s  go to Gandoriah Beach . . .. . .. . .


Dengan HUT Kota Pariaman yang ke – IX dan dengan Semangat Sabiduak Sadayuang Kita wujudkan Kota Pariaman menjadi Daerah tujuan Wisata Pantai dan Bahari nan Indah dan Islami.

Tabuik, Budaya Kota Pariman

Tabuik
Tabuik merupakan budaya wisata Kota Pariaman, yang diadakan setiap tahun tepatnya sepuluh hari bulan Muharram. Hari itu dijadikan hari terakhir yang merupakan puncak acara Tabuik di Pariaman. Pagi setelah subuh, sebelum tabuik digelar dilaksanankan Upacara “Tabuik Naiak Pangkek“. Tabuik Naiak Pangkek maksudnya memasangkan bagian atas atau puncak Tabuik keatas badan Tabuik yang berbentuk Buraq. Buraq berbadan seperti kuda, mempunyai sayap dan berkepala seorang gadis cantik memakai destar. Sorotan matanya tajam tanpa senyum.
Ada dua buah Tabuik yang akan diarak dan dihoyak. Satu dari rumah Tabuik Kampuang Perak yang dikenal dengan “Tabuik Pasa“. Satu lagi dari Kampuang Jawa yang disebut dengan “ Tabuik Subarang“.
Sebenarnya pesta tahunan ini telah dimulai sejak dua minggu yang lalu, sesuai dengan proses pembuatan Tabuik. Kegiatannya dimulai dengan upacara “Mengambil Tanah, Mengambil Batang Pisang dan sebagainya“. Upacara ini dilakukan di lokasi rumah Tabuik yang berlainan. Kegiatan kubu Tabuik Subarang, dilakukan dalam lokasi rumah Tabuik Pasa dan sebaliknya. Semua kegiatan tersebut dilakukan pada malam hari. Kegiatan itu selalu diiringi dengan hura – hura yang dimeriahkan dengan bunyi Tambua dan Tasa yang bertalu-talu.

Sejak Pagi Kota Pariaman sudah didatangi pengunjung. Mereka berdatangan dari seluruh pelosok daerah, bahkan banyak juga Wisatawan dari Mancanegara. Tak lama berselang “Kota Sala Lauak”  tenggelam dalam lautan manusia. Mereka berjejal sepanjang pinggiran jalan yang akan dilewati Tabuik.
“Trarak . . . , trarak . . . , trarak, bum-bum, trarak bum-bum, trarak bum-bum.” Bunyi tambua dan tasa serta sorak sorai manusia. Kedua Tabuik keluar dari rumahnya masing-masing. Tiap kubu menggelar  dan mengarak Tabuiknya di jalan raya. Dibelakang tabuik ada sekelompok gendang dan tasa . Tabuik diusung dan dihoyak oleh beberapa orang pemuda yang bertubuh  tegap dan kekar. Tabuik juga diiringi oleh beberapa orang pemuda lainnya, beserta beberapa orang tua - tua.
Kedua pasukan menuju Panggung Kehormatan tempat Tabuik dihoyak. Disana menunggu para pejabat pemerintah dan pemuka masyarakat. Disepanjang jalan yang dilalui, kedua Tabuik mendapat sambutan, pujian, sanjungan dan tepuk tangan yang meriah dari penonton atau pengunjung.
Mendekati panggung kehormatan tempat Tabuik dihoyak suasana semakin meriah. Masing-masing kubu atau pasukan tambah semangat dan semakin panas. Mereka seakan-akan membakar udara Kota Sala Lauak yang sudah panas itu. Sorak-sorai menyertai alunan irama gendang dan tasa yang ditambuh kedua iring-iringan. “Trarak bum-bum . . . . , trarak bum-bum, trarak bum-bum,” bahananya menggelegar seolah-olah Kota Pariaman turut berguncang dibuatnya.
Panggung Kehormatan tempat Tabuik dihoyak sudah dekat. Inilah saat dinanti-nantikan para pengunjung dan pencinta Tabuik. Banyak para pengunjung yang sudah siap dangan kameranya. Mereka ingin mengabadikan puncak acara sebuah pesta kolosal.
Tabuik diarak dan dihoyak berkeliling dan berputar-putar disekitar arena, suasana gemuruh, tempik sorak, bunyi tambua dan tasa tak terpisahkan lagi. Sungguh mengembirakan, bersemangat dan membanggakan. Hari itu tak ada susah dan duka di Kota Pariaman.
Menjelang tengah hari, Tabuik di istirahatkan. Anak-anak tabuik sudah lelah. Mereka melepaskan lelah dan makan minum seperlunya. Para pengunjung memasuki warung dan lapau. Ada juga yang berjalan menuju pantai untuk melihat-lihat pesona pemandangan laut Pariaman yang dihiyasi oleh pulau-pulau yang berjajar dan perahu-perahu nelayan yang berlayar di lautan yang biru itu. Mereka sengaja menghabiskan waktunya sehari penuh di Kota Pariaman. Mereka ingin menyaksikan pesta budaya ini, yang hanya diadakan sekali satahun.
“ Trarak, trarak, trarak bum-bum, trarak bum-bum, trarak bum-bum,” bunyi tambua dan tasa disertai teriakan kembali memecahkan ketenangan istirahat. Hari sudah pukul 16:00. Kedua Tabuik kembali diusung dan diarak menuju pantai, dibelakang stasiun kereta api. Acara ini tak kurang meriahnya dari pada saat mulai tabuik digelar.

Para pengunjung dan penonton berjubel dan berjejer kembali disepanjang jalan menuju stasiun. Berangsur-angsur tabuik digotong dan diarak mendekati pantai. Ratusan ribu pengunjung tak sabar lagi. Bnayak para Wisnu dan Wisnuman membidikkan kameranya kearah Tabuik dan pengunjung.
Hari sudah petang. Tabuik akan dibuang. Tempatnya laut yang bergelombang yang biru dan indah. Setapak demi setapak Tabuik berangsur mencapai laut. Ombang dan gelombang datang silih berganti menghempas dipantai yang landai. Anak-anak berlari-hari, berenang sambil bermain ombak. Cahaya matahari sudah kemerah-merahan. Hari sudah senja. Burrrr . . . . , Tabuik Pasa yang diiringi Tabuik Subarang mencebur kelaut, tempat peraduannya. Tamatlah sudah riwayat kedua Tabuik itu.

Anak-anak berebutan mendapatkan tuah. Bagian-bagian Tabuik diperebutan. Kerangka Tabuik dari rotan, kain pembalut buraq dan kain beludru jadi incaran mereka. Mereka saling berebutan, tarik-tarikan. Anak Tabuik sudah pulang ke rumah masing-masing. Para pengunjung pun berangsur-angsur pulang ke rumahnya. Suasana “Pariaman Laweh Kota Sala Lauak” kembali sunyi seperti biasa, menjelang datangnya musim Tabuik tahun datang.

“Pariaman Tadanga Langang, Batabuik Mangkonyo Rami“

Selamat Datang Di Blog Saya